Transendensi

Menuju Transendensi

Menuju Transendensi – Akhir-akhir ini saya sering menyimak diskusi yang dilakukan oleh Dr. Ryu Hasan, seorang dokter ahli bedah syaraf dan peneliti neuro sains. Beberapa video diskusi diunggah di kanal youtube jendela ilmu. Topik utama dari diskusi dan pemikiran Dr. Ryu Hasan mendorong saya untuk menulis artikel ini. Mengutip pendapat dari Yuval Noah Harari, tujuan hidup manusia saat ini adalah kebahagiaan, keabadian, dan keilahian. Manusia kian dekat dengan jalan keilahian.

Jika ditarik mundur, revolusi kognitif manusia bermula dari penaklukkan api. Manusia yang tadinya harus melakukan proses mengunyah dan mencerna makanan yang keras total selama 8 jam per hari, hanya membutuhkan proses sekitar 2 jam per hari dengan adanya metode memasak yang membuat makanan menjadi lunak dan lebih mudah dicerna. Akhirnya di setiap malam hari saat menyalakan api untuk menghangatkan diri, mereka berkumpul dan memiliki waktu lebih untuk berinteraksi sehingga mampu mengembangkan bahasa verbalnya. Hal itu mendorong evolusi pada organ tubuh manusia. Evolusi mengarahkan manusia salah satunya untuk memangkas usus menjadi lebih pendek, dan mengembangkan otak mereka.

Manusia melalui jaman batu, logam, hingga saat ini di jaman modern. Sebelumnya manusia menciptakan berbagai alat untuk meringankan pekerjaan manusia sehingga mengurangi tenaga fisik yang digunakan, ibarat manusia memiliki otot diluar tubuh manusia itu sendiri. Saat ini, manusia sudah bisa mengembangkan pengetahuan dan kecerdasan diluar otak manusia. Pengetahuan di luar tubuh manusia dimulai dari penemuan huruf dan berbagai macam pembuatan manuskrip. Saat ini pengetahuan bisa disimpan dalam bentuk flashdrive yang sudah mulai ditinggalkan karena bisa disimpan pada layanan cloud yang terhubung dengan internet. Kecerdasan buatan dapat membantu manusia mengerjakan berbagai pekerjaan secara otomatis. Mulai dari menanak nasi, mengemudi otomatis, menyimpulkan sentimen pada big data, bahkan membuat baris program.

Transendensi dalam berbagai tradisi pemikiran

Transendensi atau transendere artinya melampaui (Latin) merupakan kesadaran ketuhanan atau kesadaran vertikal manusia, bukan secara agama saja tetapi secara makna apa saja yang melampaui akal kemanusiaan. Kuntowijoyo merangkum perjalanan umat manusia terbagi menjadi tiga tahap, yakni:(1) humanisasi, membina kemanusiaan manusia (2) liberasi, membangun kemajuan kehidupan sosial, dan (3) transendensi, menciptakan kerinduan kepada hidup yang abadi.

Dalam filsafat jawa, kita mengenal konsep manunggal ing kawula gusti. Suatu konsep spiritual manusia menyatu dengan Tuhannya. Konsep tersebut agaknya dekat dengan wahdah al wujud dalam sufisme. Perbedaannya manunggal ing kawula gusti lebih menekankan hubungan antara pribadi hamba dengan Tuhannya. Sedangkan wahdah al wujud memiliki pendekatan universal tentang eksistensi tunggal atau satu-satunya yang ada yaitu Tuhan, yang berarti segala sesuatu yang ada adalah bagian dari atau Tuhan itu sendiri baik esensi ataupun harafiah.

Dalam filsafat hinduisme, kita mengenal konsep moksha. Suatu konsep tentang pembebasan batin dari belenggu kehidupan: dukkha dan samsara. Perjalanan hidup yang ditempuh makhluk berdasarkan hukum karma, sebuah konsep semacam hubungan sebab-akibat atau tebar-tuai. Dukkha diserap kedalam bahasa indonesia menjadi duka, berarti penderitaan, kesedihan, rasa sakit, ketidakpuasan. Sedangkan samsara berarti siklus kelahiran kembali atau reinkarnasi. Tentunya karma buruk akan menuntun manusia pada lingkaran samsara dan menemukan dukkha dalam setiap kehidupannya. Samsara sendiri diserap ke bahasa indonesia menjadi kata sengsara sehingga kata samsara tidak jauh dari kata dukkha. Mokhsa adalah tujuan akhir dari perjalanan kehidupan dan siklus kelahiran manusia yang berisi penderitaan.

Dalam neuro sains, fisik disadari merupakan batasan bagi manusia. Pengembangan pengetahuan dan kecerdasan di luar tubuh manusia akan mendorong manusia menjadi lebih dari sekadar manusia. Manusia memikirkan cara agar dapat hidup abadi. Dengan tubuh manusia yang rapuh dan akan mengalami penuaan, maka manusia harus dapat mentransfer pengetahuan, kecerdasan, dan kesadarannya keluar tubuh fisiknya, menyimpannya pada tempat penyimpanan yang aman dan terdapat back upnya. Hal ini akan memungkinkan manusia untuk hidup abadi.

Pengetahuan menurut lingkupnya dibagi menjadi pengetahuan partikular dan pengetahuan universal. Pengetahuan partikular adalah pengetahuan yang ada pada suatu lingkup terbatas. Misalnya seseorang mengetahui dia sudah makan siang hari ini dan dia merasa kenyang. Pengetahuan itu hanya dimiliki oleh orang tersebut kecuali jika dia menceritakannya kepada orang lain. Sedangkan pengetahuan universal adalah semua pengetahuan yang pasti berlaku pada setiap subyek dalam ruang lingkup partikular. Seperti hukum matematika 2 + 2 akan berlaku 4 siapapun subyeknya, juga aturan maju pasti ke depan, mundur pasti ke belakang dan lain sebagainya.

Dalam teknologi hari ini hubungan partikularitas dan universalitas seperti halnya sebuah perangkat handphone dengan semesta internet. Data yang terdapat pada handphone, maupun data yang sedang dicari pada web browser adalah pengetahuan partikular yang ada pada handphone tersebut. Sedangkan data pada internet secara keseluruhan adalah pengetahuan universal.

Tentunya sampai sekarang untuk mengakses pengetahuan universal itu manusia masih harus melakukan upaya misalnya mengetik kata kunci, atau membuat voice command. Di masa depan yang tidak lama lagi bahkan manusia bisa mengakses pengetahuan itu hanya dengan memikirkannya sama seperti akses memori atau kenangan yang pernah dialami pribadi manusia tersebut namun lebih obyektif tanpa bias kenangan yang selalu terjadi pada memori manusia.

Metaverse : Manifesto Tuhan dan Manusia

Sadar atau tidak, dengan membuat akun pada sosial media ataupun kita memainkan karakter pada suatu game, kita sudah menciptakan avatar bagi kita sendiri. Avatar dikenal sebagai konsep dalam hinduisme dimana dewa memunculkan dirinya ke dalam wujud makhluk fisik yang bersifat ilahiah pada dimensi manusia yang non ilahiah, seperti Rama yang adalah avatar dari dewa Wisnu dan Hanuman yang adalah avatar dari dewa Shiwa. Dalam iman kristen juga dikenal semacam avatar dengan kemunculan Kristus yang merupakan firman tuhan Allah yang menjelma menjadi daging (manusia).

Di media sosial kita membuat akun memiliki identitas tertentu seolah itu benar-benar kita padahal faktanya itu hanyalah program komputer. Begitu juga pada game terutama pada genre virtual world seperti second life. Kita membuat tampilan dari karakter yang kita inginkan, menyewah hunian, melakukan interaksi sosial dengan pemain lain, hingga berhubungan seks secara virtual.

Metaverse, secara harfiah berarti dunia para meta . Meta sendiri berarti sesuatu yang melampaui dasarnya. Dalam konteks manusia, berarti melampaui sekadar manusia. Metaverse adalah suatu dunia di internet dengan lingkungan virtual 3 dimensi. Di dunia virtual ini manusia melakukan banyak hal seperti yang manusia lakukan di dunia nyata.

Bersambung …

Shopping Cart